Kota Bogor, paradigmanasional.id — Sebagai upaya mendorong diversifikasi pangan dan mengurangi ketergantungan pada kedelai impor, Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) bekerja sama dengan Rumah Pangan Nusantara (RPN) dan Narasa Indonesia, menggelar Focus Group Discussion (FGD).
Kegiatan yang didukung penuh oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor itu, berlangsung di Gedung Negara Karesidenan Bogor pada Kamis (13/3/2025).
FGD bertajuk ‘Mendukung Pemanfaatan Pangan Lokal – Kacang Koro Pedang untuk Peningkatan Produksi, Konsumsi, dan Promosi Tempe Kacang Koro Pedang dan Tempe Kacang Campuran Koro-Kedelai di Kota Bogor’ itu, menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari sektor pemerintah, akademisi, pelaku usaha, hingga komunitas pangan.
Gantini resmi kembali jadi ketua TP-PKK Sumedang sekaligus ketua Dekranasda 2025-2030.
Kepala DKPP Kota Bogor IR. H. Chusnul Rozaqi, M.M. membuka langsung kegiatan tersebut. Dalam sambutannya, ia mengatakan pangan lokal Koro Pedang bisa dimanfaatkan menjadi salah satu produk alternatif yang bisa dikembangkan.
Namun pemanfaatan dan pengembangannya butuh sosialisasi. Salah satunya lewat kegiatan FGD yang diadakan GAIN bekerjasama dengan RPN ini.
“Untuk itu saya berharap, FGD ini bisa menghasilkan dan merumuskan sebuah rumusan yang baik untuk pengembangan produk Kacang Koro Pedang menjadi produk alternatif pangan yang sehat, bernutrisi, bergizi, dan bermanfaat untuk masyarakat,” tuturnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen GAIN dalam mendukung ketahanan pangan dan gizi melalui pemanfaatan sumber daya pangan lokal yang berkelanjutan. Inisiatif ini juga menjadi tindak lanjut dari Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Kota Bogor.
Kacang koro pedang, yang mengandung 23,6% protein dan 57,3% karbohidrat, dinilai memiliki potensi besar sebagai bahan baku alternatif untuk tempe yang kaya nutrisi dan lebih ramah lingkungan.
Sejak didirikan pada 2021 oleh Dr. Ir. Agus Somamihardja, M.M., RPN telah aktif mempromosikan tempe koro pedang melalui berbagai inisiatif, termasuk pengenalan kepada pemangku kepentingan, pelatihan pembuatan tempe bagi pengrajin, serta kolaborasi dengan institusi pendidikan dalam penelitian dan pengembangan produk berbasis kacang koro pedang.
Namun, produksi tempe koro pedang masih menghadapi kendala, terutama dalam suplai bahan baku. Pada 2023, RPN hanya mampu memproduksi sekitar 9.943 keping atau setara 1,9 ton, jauh di bawah kapasitas terpasang sebesar 7,5 ton per tahun.
(Red/Maulana)