Jawa Timur, paradigmanasional.id – Sektor pariwisata menjadi salah satu elemen dalam program pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19. Untuk mendongkrak ekonomi, di Jawa Timur terus menggeliatkan pariwisata usai tiarap akibat pandemi Covid-19.
Analis Senior Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Siti Rochmawati mengatakan, untuk menumbuhkan sektor pariwisata dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), strategi BI fokus pada 3A dan 2P.“ Tiga A yaitu, Atraksi, Akses, Amenities. Dan Dua P yaitu, People, dan Promotion,” ujarnya dalam kesempatan Bincang Bareng Media Bank Indonesia Jatim, di Banyuwangi , Senin (12/12/22).
Ia menjelaskan, kalau kita fokus pada 3A dalam mendongkrak pariwisata misalnya di Banyuwangi, bagaimana akses penerbangan ke Banyuwangi lebih banyak dibuka lagi, kemudian Akses infrastruktur nya, lalu diperbanyak Atraksi-Atraksi sehingga bisa memperlama durasi wisatawan tinggal di Banyuwangi, dan Amenities atau fasilitas inap wisatawan yang baik.
Dari rata-rata tinggal 1,5 hari bisa sampai tiga hari wisatawan tinggal di Banyuwangi itu bisa lebih bagus lagi. “Dengan begitu akan banyak masuk devisa yang masuk ke Banyuwangi, efeknya ekonomi lokal akan maju,” terang Siti Rochmawati.
Sementara untuk 2P, yaitu People dan Promotion, kata Siti, dua faktor ini penting dalam sektor pariwisata karena untuk meningkatkan kompetensi pelaku industri pariwisata lewat sertifikasi kompetensi, meningkatkan housepitility nya, serta tidak lupa memperluas promosi wisata lokal melalui semua channel yang ada, baik online maupun offline.
Banyuwangi ini bisa menjadi contoh yang bagus, jelas Siti, yaitu bagaimana komitmen Pemerintah Daerahnya dalam meningkatkan sektor pariwisata.
Dengan memperkuat Superteam bukan Superman, kata Siti, hasilnya Banyuwangi menjadi daerah wisata dengan pengembangan ekonomi lokal yang sudah terkenal sampai ke mancanegara.
“Ada banyak desa wisata yang mengandalkan keindahan alamnya di Banyuwangi yang melibatkan warga, sehingga ekonomi lokal tumbuh. Inilah yang disebut pentingnya sinergi dan inovasi-inovasi untuk menciptakan kebijakan-kebijakan yang bisa mendongkrak sektor pariwisata,” ungkapnya.
Lebih lanjut Siti Rochmawati mengatakan, keberadaan investor baik lokal maupun asing dalam pengembangan sektor pariwisata memang perlu. Namun, daerah yang akan dijual potensi wisatanya perlu kepastian kebijakan kemudahan perizinan dari pemerintah daeranya.
Namun, tambah Siti, jika kita lihat di Banyuwangi, dengan langkah inovatif Pemkab Banyuwangi yang melibatkan masyarakat nya dalam pengembangan sektor pariwisata, hasilnya diluar dugaan.
Contohnya, terang Siti, bagaimana Pemkab Banyuwangi bersinergi dengan masyarakat nya, untuk membantu memperkuat pariwisata seperti Desa Wisata dimana tumbuh homestay-homestay yang ternyata diminati oleh wisatawan asing.
“Belum lagi kekayaan budaya lokalnya, alamnya, interaksi sosialnya, sehingga wisatawan betah untuk tinggal lebih lama lagi. Sinergi pemerintah daerah dengan masyarakat dan stekholder inilah yang membuat Banyuwangi berhasil mengembangkan sektor pariwisata,” pungkasnya. (*)