Korps Baret Merah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berduka.
Danjen Kopassus ke-6 Jenderal TNI (Purn) Wijoyo Sujono meninggal dunia hari ini, Di Jakarta, Rabu (11/5/2022).Alamat duka jln Karang Asem 1 Kuningan Jakarta Selatan dan akan dimakamkan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.Kepergian purnawirawan jenderal bintang empat ini disampaikan oleh Kapten Kopassus Letkol Inf Achmad Munir dan meninggal karena sakit.
Jakarta, paradigmanasional.id – Jenderal TNI (Purn) Wijoyo Suyono (93 tahun) memiliki karier militer yang panjang. Wijoyo meniti karier dari pangkat Letda, Lettu, dan Kapten di Surabaya. Saat Kapten sebagai perwira Staf Resimen 33 Divisi VI/Narotama, dan Kepala Staf Batalyon 29.
Setelah itu, barulah ia dipercaya menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri(Yonif) 511 (1949-1953). Usai menjadi Wakil Danyon, ia pun dua kali dipercaya menjadi komandan batalyon. Diawali sebagai Komandan Yonif 505/Brawijaya (1953-1955) dengan pangkat masih Kapten senior.
Selama 10 tahun menjadi perwira pertama, Wijoyo kemudian naik menjadi perwira menengah, Mayor. Kembali menjadi Komandan Yonif 514 (1955-1957). Lalu dikirim belajar ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Bandung (1957-1959). Usai Seskoad ditempatkan di Pusat Infanteri Angkatan Darat, sebagai guru militer taktik (1959).
Empat tahun menjadi Mayor Infanteri, ia dipromosikan menjadi Letnan Kolonel Infanteri sebagai Kepala Staf Resimen Para Komando AD (RPKAD) pada 1959-1961. Kemudian menjadi Komandan Brigade/Para, Caduad-Kostrad (1961-1963). Ia akhirnya ditugaskan belajar ke Amerika Serikat (AS) di US Army Command & General Staff Colledge, Forth Leavenworth (1963-1964).
Pangkat Letkol Infanteri dijalaninya selama lima tahun. Pulang dari AS, ia naik pangkat menjadi Kolonel Infanteri. Sebagai perwira bantuan (Paban) Operasi Staf Umum II AD (1964-1965). Anak buah dari Asisten Operasi Panglima Angkatan Darat, Mayjen Jamin Ginting, lulusan komandan kompi Gyugun Sumatra tahun 1945.
Jenderal tempur
Hanya dua tahun Wijoyo menjadi Kolonel, kemudian dipromosikan menjadi perwira tinggi. Total selama 20 tahun ia menjadi perwira pertama dan menengah. Akhirnya menjadi jenderal bintang satu (Brigadir Jenderal TNI) dalam usia 37 tahun, ketika situasi genting peristiwa Gerakan 30 September (G30S)/PKI tahun 1965.
Dia menjadi perwira tinggi dengan jabatan pertama, Panglima Komando Tempur IV (1965-1967). Lalu menjadi Komandan Puspassus (Pusat Pasukan Khusus) AD (1967-1970). Wijoyo menggantikan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
Puspassus adalah nama pengganti Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Komandan RPKAD sebelumnya untuk pangkat Kolonel. Setelah itu, jabatan tersebut dinaikkan statusnya dijabat Brigjen. Sebagai Komandan ke-6 Kopassus, Wijoyo sudah berpangkat Brigjen. Promosi lagi sebagai Panglima Kodam XIII/Merdeka di Sulawesi Utara (1970-1971).
Setelah enam tahun dalam pangkat Brigjen TNI, ia naik pangkat menjadi Mayor Jenderal TNI dengan jabatan Panglima Kodam VIII/Brawijaya (1971-1975). Empat tahun menjadi Pangdam Brawijaya, tempat pertamanya sebagai perwira usai lulus dari PETA, Juni 1945.
Akhirnya pada usia 47 tahun, Wijoyo naik pangkat menjadi Letnan Jenderal TNI dengan tiga jabatan. Dimulai sebagai Panglima Kowilhan (Komando Wilayah Pertahanan) III meliputi Sulawesi dan Kalimantan (1975-1978). Kowilhan kini setara dengan Panglima Kogabwilhan. Jabatan keduanya adalah Panglima Kowilhan II meliputi Jawa, Nusa Tenggara, dan Timor Timur (1978-1980).
Sekaligus sebagai panglima kendali operasional terhadap operasi militer di Timor Timur. Total lima tahun Wijoyo menjadi Letjen TNI hingga usia 52 tahun. Akhirnya, ia pun mencapai pangkat puncak sebagai jenderal bintang empat. Jenderal TNI Wijoyo Suyono menjadi Kepala Staf Kopkamtib (Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) pada 1980-1982. Mendampingi Panglima Kopkamtib Laksamana TNI Sudomo. (Yun)