Keluarga Sehan Landjar Tanggapi Pernyataan Yasti

oleh -1414 Dilihat

TUTUYAN (paradigmanasional.id) – Pernyataan Yasti Soepredjo di beberapa media yang menanggapi kasus dugaan penganiayaan terhadap mantan Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sehan Salim Landjar, mendapat tanggapan balik dari pihak keluarga Sehan.

Sebelumnya, Yasti menyatakan, kasus antara Sehan dan tersangka AK alias Ali, harus dilihat secara proporsional. Maksud Bupati Bolmong ini, masyarakat tidak hanya mendengar pernyataan sepihak dari Sehan sebagai korban, yang terkesan menuduh Kapolres Kotamobagu, AKBP Irham Halid, yang berada di tempat kejadian (TKP) membiarkan dugaan penganiayaan tersebut. “Saya pikir itu keterangan sepihak Sehan Lanjar sebagai korban dan tidak serta merta sebagai sebuah kebenaran. Jangan karena merasa korban, kemudian memojokkan Kapolres sebagai pihak yang salah karena melakukan pembiaran. Keterangan tersebut patut diduga sudah punya niat mengorbankan Kapolres.” Begitu kutipan pernyataan Yasti, yang rilis di sejumlah media online.

Salah satu perwakilan keluarga, Busran Paputungan, menilai pernyataan Yasti itu justru ingin membentuk opini sesat yang menyudutkan Sehan sebagai korban. “Kronologis terkait keberadaan Kapolres Kotamobagu di TKP itu, memang fakta sebenarnya. Eyang (sapaan akrab keluarga kepada Sehan-red), hanya menuturkan bahwa ketika terjadi penganiayaan oleh pelaku, Kapolres ada bersama mereka. Jadi bukan terkesan memojokkan, atau berniat menyalahkan Kapolres. Yasti tidak berhak menyatakan, bahwa Eyang patut diduga punya niat mengorbankan Kapolres. Apalagi hanya tahu kejadian dari berita-berita yang tersebar, atau mendengar dari pihak lain. Jika pernyataan Eyang dia nilai pernyataan sepihak, maka Yasti juga sama. Justru Eyang sebagai korban lebih berhak menyampaikan fakta dan kronologis. Yasti tidak ada kaitan apa-apa dengan kejadian ini. Saya dan keluarga besar mempertanyakan kapasitas dan modus apa sehingga Yasti menuduh Eyang seperti itu?”

Busran sering disapa Om Ule, menganggap Yasti sebagai Bupati, tidak memberi contoh sikap negarawan dalam masalah ini. Tidak pantas seorang pemimpin daerah, dalam kasus dugaan penganiayaan terhadap mantan Bupati Boltim, malah nyinyir sampai membawa-bawa sentimen pribadi. “Kata Yasti, dia kenal betul watak dan karakter Eyang, mudah menyalahkan orang dan membentuk opini terbalik. Saya pikir, orang ini (Yasti-red) mencoba memutarbalik fakta dan persoalan ke sentimen pribadi dia ke Eyang. Aneh. Keluarga kami jadi korban, Bupati Bolmong bicara ke publik seakan-akan yang salah itu korban. Saya kira, ini bukan karakter pemimpin yang baik,” sentil Ule.

Masyarakat menurut Ule, perlu hati-hati juga menilai pernyataan Yasti, apapun kapasitas dia. Karena kasus ini sudah di ranah hukum dan keluarga korban sepenuhnya menyerahkan ke aparat Kepolisian untuk mengusut tuntas sesuai perundang-undangan. Siapapun yang bersalah menurut hukum, wajib bertanggungjawab. “Sebagai pihak korban, Eyang berhak menuturkan kronologis kejadian dan itu semua tertuang dalam BAP (berita acara pemeriksaan) kepolisian. Selanjutnya, silahkan penyidik mengambil keterangan dari tersangka, mungkin juga keterangan dari pak Kapolres karena yang bersangkutan juga ada di TKP dan menyaksikan langsung penganiayaan. Hukum yang menentukan siapa yang benar siapa yang salah. Tidak benar kalau Eyang ingin mengorbankan Kapolres atau pihak manapun. Justru Yasti lewat keterangan Pers di media itu yang menuduh Eyang terkesan bersalah dalam kasus ini. Bahwa ada persoalan hutang piutang, itu masalah lain. Tidak berarti anda berhutang dan belum ditunaikan kemudian bisa dibenarkan jika melakukan tindak kekerasan. Kalau pakai logikanya Yasti (seperti pernyataan di media), siapapun dia, kalau sudah nekat dan sakit hati, marah, merasa ditipu, bisa melakukan apa saja. Saya kira ini cara berpikir kriminal, dan seorang Bupati tidak pantas bicara seperti itu. Lagipula, Yasti tau darimana dan apa buktinya bahwa Eyang itu sudah melakukan penipuan? Apa pantas Bupati bicara seperti itu?” ketusnya.

Busran alias Om Ule, turut menimpali kutipan pernyataan penutup Yasti yang di media. Bahwa kasus ini menjadi nasihat dan pelajaran, untuk belajar berkomitmen dengan segala kewajiban kita terhadap orang lain. “Saya sarankan, ibu Bupati Bolmong sebaiknya menasehati diri sendiri dulu sebelum menasehati orang lain. Karena, sebagai Bupati yang masa jabatannya sisa setahun, pasti ada komitmen dan janji ke masyarakat yang belum dia penuhi. Silahkan penuhi komitmen itu, lebih bermanfaat ketimbang mengurusi masalah Eyang dan Ali. Silahkan cari perhatian ke Kapolres atau Kepolisian, itu hak anda. Sudah jadi rahasia umum juga, anda dekat dengan Ali, tersangka yang juga bos tambang illegal. Apalagi kemarin waktu Pilkada, ada jejak digital anda mengunjungi rumah dia. Tapi itu hak anda. Masyarakat yang menilai. Siapa yang benar, siapa yang salah, siapa yang cari muka, dan siapa yang cari untung,” timpal Ule.

Dia juga menerangkan, bahwa Sehan Landjar saat ini fokus dalam pengobatan luka parah di hidung yang dia derita. Begitu juga keluarga terdekat, istri dan anak-anaknya. “Eyang beserta keluarga saat ini hanya fokus untuk pengobatan serta menseriusi laporan di kepolisian. Beliau tidak ingin menanggapi pernyataan siapapun, termasuk Yasti yang merupakan pejabat publik. Selain tidak penting, adalah kerugian besar bagi Eyang untuk melayani orang yang cari panggung dengan mendompleng kasus yang dia alami. Karena itu cukup saya saja yang menanggapi,” tutupnya.(Hari m uwen)

No More Posts Available.

No more pages to load.